DISWAY JATENG – Simak Gejala Stunting dan Pertumbuhannya: Para Orang Tua Harus Waspada. Stunting dapat timbul karena sejumlah faktor yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat pada anak-anak.
Beberapa penyebab umum, meliputi:
1. Gizi Buruk
Kurangnya asupan gizi yang memadai, terutama pada periode seribu hari pertama kehidupan. Yaitu mulai dari kehamilan hingga usia 2 tahun dapat menyebabkan stunting.
Kurangnya konsumsi zat gizi penting seperti protein, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, dan mineral lainnya dapat menghambat pertumbuhan optimal anak. Hal ini menjadikan gejala stunting.
2. Infeksi dan Penyakit
Infeksi kronis yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, seperti infeksi saluran pernapasan, diare berkepanjangan, dan infeksi parasit, dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan menghambat pertumbuhan anak. Anak yang sering sakit cenderung memiliki penyerapan nutrisi yang buruk dan mengalami stunting.
3. Kurangnya Perawatan Kesehatan dan Pemantauan
Kurangnya akses atau pemberian perawatan kesehatan yang cukup pada ibu hamil dan anak-anak, termasuk kunjungan ke dokter atau petugas kesehatan, pemantauan pertumbuhan, imunisasi, dan suplementasi gizi, dapat meningkatkan risiko stunting.
4. Faktor Sosio-Ekonomi
Tingkat pendapatan rendah, tingkat pendidikan yang rendah, lingkungan yang tidak sehat, sanitasi yang buruk, dan akses terbatas terhadap makanan yang bergizi dapat menjadi faktor risiko stunting.
Kondisi sosial dan ekonomi yang buruk seringkali berhubungan dengan keterbatasan akses terhadap makanan bergizi dan perawatan kesehatan yang memadai.
5. Praktik Pemberian Makan yang Buruk menjadi Gejala Stunting
Pola makan yang tidak seimbang, misalnya memberikan makanan yang rendah nutrisi dan kebiasaan memberikan makanan dengan porsi yang tidak mencukupi atau tidak sesuai dengan kebutuhan anak, juga dapat menjadi sebuah gejala.
6. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang tidak aman, termasuk kekurangan sanitasi, akses terbatas terhadap air bersih, kontaminasi lingkungan dengan polutan berbahaya, dan paparan terhadap racun seperti timbal dan arsenik, dapat mempengaruhi pertumbuhan anak dan berkontribusi pada angka kenaikan.
BACA JUGA: Rekomendasi MP-ASI untuk Buah Hati, dijamin Lezat
Apakah bayi stunting dapat tumbuh secara normal?
Bayi yang mengalami stunting memiliki pertumbuhan yang terhambat dan terlambat jika bandingannya dengan standar pertumbuhan yang normal. Namun, dengan perawatan dan perhatian yang tepat, banyak bayi yang mengalami stunting dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Perbaikan kondisi stunting pada bayi bergantung pada beberapa faktor, termasuk penyebab stunting, penanganan yang tepat, dan perawatan yang berkelanjutan. Jika kondisi tersebut timbul karena faktor gizi yang buruk, peningkatan asupan gizi yang memadai dapat membantu bayi mengalami pertumbuhan yang lebih baik.
Asupan makanan yang kaya akan nutrisi, seperti protein, zat besi, kalsium, vitamin, dan mineral lainnya, serta asupan yang cukup dan berkualitas, penting dalam memperbaiki kondisi stunting.
Selain itu, perawatan yang holistik dan komprehensif juga penting. Ini termasuk pendampingan kesehatan yang teratur, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, dan stimulasi yang tepat sesuai dengan usia untuk mendukung perkembangan motorik, kognitif, dan sosial bayi.
Penting juga untuk melibatkan tim medis dan ahli gizi yang berpengalaman dalam perawatan bayi stunting. Mereka dapat memberikan panduan khusus dan pemantauan yang perlu untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Meskipun bayi dengan kondisi tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dengan perawatan yang tepat, terapi yang untuk bayi mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai pertumbuhan yang normal.
Oleh karena itu, penting untuk segera mengidentifikasi dan mengatasi gejala ini pada bayi agar intervensi dapat dimulai sesegera mungkin.
Penting untuk diingat bahwa stunting adalah masalah yang kompleks dan sering kali timbul karena kombinasi beberapa faktor. Upaya pencegahan ini harus melibatkan pendekatan komprehensif yang melibatkan pemenuhan gizi yang baik, akses terhadap perawatan kesehatan, perbaikan sanitasi, edukasi tentang praktik gizi yang baik, dan perhatian terhadap faktor sosial dan ekonomi.(*)