SLAWI (diswayjateng) – Para petani di Kabupaten Tegal mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi. Selain susah dicari, harga pupuk bersubsidi juga mahal. Harga tidak sesuai dengan harga yang sudah diatur oleh pemerintah.
Hal itu diungkapkan Anggota Fraksi PKB DPRD Kabupaten Tegal, Akhmad Sayuti, saat acara Refleksi 4 Tahun Kepemimpinan Bupati Tegal Umi Azizah dan Wakil Bupati Tegal Sabilillah Ardie, di Rumdin Bupati, Minggu malam (8/1).
Sayuti mengaku, setiap menggelar reses untuk menjaring aspirasi, pihaknya selalu mendapat keluhan dari masyarakat ihwal pupuk bersubsidi. Bahkan, masyarakat petani tidak hanya mengeluh soal kelangkaan pupuk, tapi juga harga yang mahal.
“Masa pupuk bersubsidi harganya sampai Rp 270 ribu per kantong. Kasihan petani kalau seperti ini,” kata Sayuti di depan Bupati Tegal, Ketua DPRD dan Sekda Kabupaten Tegal.
Sayuti tak menampik, kendati harga pupuk bersubsidi mahal, tapi para petani tetap membelinya. Karena mereka butuh untuk tanaman padinya.
Sayuti berharap, Pemerintah Daerah Kabupaten Tegal melakukan pengawasan optimal terhadap distribusi pupuk.
“Kami minta pengawasannya lebih inten,” tandasnya.
Sementara, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Tan KP) Kabupaten Tegal, Dadang Darusman menjelaskan, pada 2022 lalu, ada 2 jenis pupuk bersubsidi. Yaitu, pupuk urea dan NPK.
Untuk kuota pupuk urea sebanyak 23 ribu ton. Sedangkan NPK hanya 11 ribu ton. Dirinya tak menampik, para petani di Kabupaten Tegal memang kerap mengeluhkan soal kelangkaan pupuk bersubsidi.
Hal itu karena distribusi pupuk dari pemerintah pusat tidak sesuai dengan usulan pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK).
Pemerintah hanya mampu mendistribusikan 70 persen. Sementara petani tidak memenej kebutuhan pupuknya. Sehingga saat musim tanam (MT) 3, mereka kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
“Jadi petani sering beranggapan bahwa pupuk yang diusulkan di RDKK akan didistribusikan semua. Padahal sebenarnya hanya 70 prsen,” jelasnya.
Untuk itulah, Dadang meminta kepada para petani supaya dapat memenej kebutuhan pupuk saat MT 1 dan 2. Sehingga kuota pupuk yang sudah tercatat pada kartu tani tidak habis.
“Saran saya begitu, petani harus bisa memenej,” tukasnya. (yer)