Jangan asal buat konten demi rupiah
DISWAYJATENG – Seiring dengan kemajuan zaman dan derasnya pesat laju informasi, keberadaan konten serasa menjadi kebutuhan bagi kita apalagi dalam bermedia sosial maupun menjelajah internet, tentunya kini ada berbagai jenis konten yang hadir dengan format dan karaketeristiknya masing-masing. Semakin banyak yang menjadi konten kreator namun jangan asal buat konten demi rupiah.
Mulai dari konten youtube, reels pada Instagram, video tik-tok, artikel blog, dan masih banyak jenis konten lainya. Bahkan saat ini, banyak profesi konten kreator telah menjadi idaman banyak anak muda.
Tujuan membuat konten
Meskipun istilah konten apa kita dengar, akan tetapi apakah semua sudah mengenalnya lebih detail apa maksud dari konten dan apa jenis jenis dari konten juga, ada aturan dan etika dalam membuat konten, sehingga tidak menjadi semua berkonten tetapi tidak paham betul aturan konten yang bermanfaat bagi semua yang melihat.
Tentunya semakin bebasnya tanpa batasan semua kalangan bisa masuk dan membuka konten, bahkan anak-anak sekalipun sehingga semua pembuat konten mempunyai rasa tanggung jawab kepada hasil konten milik sendiri, bukan hanya mengharapkan keuntungan rupiah semata.
Meskipun kompetisi kehidupan yang semakin tajam pastinya akan memancing kita akan sangat bersaing membuat konten yang sangat menarik. Dari ukuran yang sedang menjadi banyak menjadi tontonan, tetapi juga harus memperhatikan juga dari sisi moral dan pendidikan yang bermanfaat.
Membat konten media sosial harus paham konten tidak menjadi pengaruh buruk dengan tidak menggunakan kata kasar, provokatif, atau vulgar.
Menurut pengamat tentang membuat konten
Menurut pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan menyatakan sejumlah cara yang bisa dilakukan oleh guru dan orang tua dalam menghadapi tantangan generasi Z ( Gen Z ) di era digital yang tentunya sangat membutuhkan pengawasan. Karena tantangan akan pembuatan konten sangatlah menggiurkan dari sisi populer dengan cepat yang berdampak pada efek ekonomi yang instan. Sehingga membuat semua dari berbagai kalangan berlomba untuk membuat konten dengan tanpa mempelajari terlebih dahulu.
Banyak beredar sebagai contoh konten para remaja pada jalan Sudirman Jakarta, serta anak-anak remaja yang menyetop dengan paksa kendaraan yang sedang melaju, tawuran remaja yang menjadi materi dari konten yang pastinya membuat dengan tanpa berfikir akan baik atau buruk tidak semata hanya demi menghasilkan rupiah saja.
Contoh konten dengan proses secara instan yang terjadi juga hanya akan sesaat dan tidak bisa bermanfaat untuk khalayak. Sehingga konten tidak akan bertahan lama akan cepat pudar, bahkan mudah bosan karena penonton tidak akan melihat konten yang serupa. Sehingga perlu modal pengayaaan wawasan lewat pendidikan yang juga harus tetap melakukannya dengan baik. Tentunya bisa mengikuti pelatihan-pelatihan yang sekarang juga banyak menawarkan para lembaga baik secara langsung maupun secara online.
Semoga bisa menambah wawasan tentang bagaimana bekal bagi yang benar-benar serius menjadi konten kreator yang sukses. Bukan hanya dari pundi-pundi rupiah semata tetapi juga kualitas dari konten yang menghasilan karya yang bermanfaat bagi semua.